Kelapa Sawit

BAB II
LANDASAN TEORI


2.1 Kelapa Sawit
Kelapa sawit termasuk tumbuhan pohon. Tingginya dapat mencapai 24 meter. Bunga dan buahnya berupa tandan, serta bercabang banyak. Buahnya kecil dan apabila masak, berwarna merah kehitaman. Daging buahnya padat. Daging dan kulit buahnya mengandungi minyak. Minyaknya itu digunakan sebagai bahan minyak goreng, sabun, dan lilin. Hampasnya dimanfaatkan untuk makanan ternak, khususnya sebagai salah satu bahan pembuatan makanan ayam. Tempurungnya digunakan sebagai bahan bakar dan arang (Dept. Perindustrian, 2007).

Tabel. 2.1 jenis kelapa sawit
Uraian
Spesific
Kingdom
Divisi
Kelas
Ordo
Famili
Jenis
Spesies
Tumbuhan
Magnoliophyta
Liliopsida
Arecales
Arecaceae
Elaeis
E. guineensis


2.2 CIRICIRI FISIOLOGI KELAPA SAWIT
A. Daun
daunnya merupakan daun majemuk. Daun berwarna hijau tua dan pelapah berwarna sedikit lebih muda. Penampilannya sangat mirip dengan tanaman salak, hanya saja dengan duri yang tidak terlalu keras dan tajam.

B. Batang
Batang tanaman diselimuti bekas pelapah hingga umur 12 tahun. Setelah umur 12 tahun pelapah yang mengering akan terlepas sehingga menjadi mirip dengan tanaman kelapa.

C. Akar
Akar serabut tanaman kelapa sawit mengarah ke bawah dan samping. Selain itu juga terdapat beberapa akar napas yang tumbuh mengarah ke samping atas untuk mendapatkan tambahan aerasi.

D. Bunga
Bunga jantan dan betina terpisah dan memiliki waktu pematangan berbeda sehingga sangat jarang terjadi penyerbukan sendiri. Bunga jantan memiliki bentuk lancip dan panjang sementara bunga betina terlihat lebih besar dan mekar.

E. Buah
Buah sawit mempunyai warna bervariasi dari hitam, ungu, hingga merah tergantung bibit yang digunakan. Buah bergerombol dalam tandan yang muncul dari tiap pelapah. Buah terdiri dari tiga lapisan:
a.         Eksoskarp, bagian kulit buah berwarna kemerahan dan licin.
b.        Mesoskarp, serabut buah
c.         Endoskarp, cangkang pelindung inti
Inti sawit merupakan endosperm dan embrio dengan kandungan minyak inti
berkualitas tinggi (Dept. Perindustrian, 2007).

Dalam 10 tahun terakhir Pabrik Kelapa Sawit (PKS) di Indonesia berkembang dengan sangat pesat. Sebagian besar lahan-lahan perkebunan non kelapa sawit di seluruh Indonesia berangsur-angsur beralih atau diubah peruntukan menjadi lahan perkebunan kelapa sawit. Sebagai contoh ialah lahan perkebunan tebu milik Pabrik Gula di Kabupaten Pelaihari, Kalimantan Selatan, telah beralih fungsi menjadi lahan perkebunan Kelapa Sawit. dan masih banyak lahan-lahan milik kehutanan atau milik masyarakat yang telah disulap menjadi areal kebun kelapa sawit yang besar. Dengan pertumbuhan kebun kelapa sawit, maka bermunculanlah pabrik-pabrik minyak mentah kelapa sawit yang memproduksi CPO (Crude Palm Oil), (Nugroho, 2009)

Dengan meningkatnya jumlah pabrik kelapa sawit (PKS), Indonesia telah berubah menjadi negara yang paling besar dalam produksi CPO. Itu berarti volume eksport minyak mentah kelapa sawit juga semakin besar dan jelas akan memberikan keuntungan yang sangat berarti, yaitu menambah devisa negara. Bahkan saat ini CPO telah menjadi primadona dalam komoditi eksport negara Indonesia. Namun dibalik kesuksesan tersebut, suatu konsekuensi lain adalah timbulnya permasalahan limbah PKS. Hampir semua pabrik kelapa sawit, bahkan yang sudah mengeksport minyak mentah kelapa sawit mempunyai kelemahan dalam hal penanganan limbahnya, baik terhadap limbah padat ataupun limbah cair. Effluent (hasil akhir yang dibuang ke alam) dari instalasi pengolahan limbah cair dari pabrikpabrik CPO yang ada di Indonesia umumnya masih belum memenuhi kriteria sesuai standar peraturan yang berlaku, misalnya kadar BOD masih di atas 100 ppm.

Dengan demikian bila telah diberlakukan secara konsisten tentang standar internasional yang mensyaratkan harus adanya ecolabelling, maka pabrik-pabrik CPO tersebut tidak dapat menjual atau mengekspor CPO-nya ke luar negeri. Karena itu sangat dibutuhkan penyempurnaan sistem pengolahan limbah cair untuk meningkatkan kualitas air buangan akhir yang tidak mencemarkan lingkungan sekitar pabrik CPO (Nugroho, 2009).

Minyak sawit berasal dari buah pohon kelapa sawit (Elaeis guineensis), suatu spesies tropis yang berasal dari Afrika Barat, namun kini tumbuh sebagai hibrida di banyak belahan dunia, termasuk Asia Tenggara dan Amerika Tengah. Minyak sawit menjadi minyak pangan yang paling banyak diperdagangkan secara internasional pada tahun 2007. Minyak yang relatif  murah ini digunakan untuk berbagai tujuan. Permintaan dunia akan minyak sawit telah melonjak dalam dua dasawarsa terakhir, pertama karena penggunaannya dalam bahan makanan, sabun, dan produk-produk konsumen lainnya, dan belakangan ini sebagai bahan  aku mentah bahan bakar nabati. Naiknya tingkat kemakmuran di India dan Cina, kedua negara importir terbesar di dunia, akan menambah permintaan akan minyak sawit dan minyak sayur yang dapat dimakan lainnya untuk berbagai kegunaan. Buah sawit adalah sumber bahan baku CPO (Crude Palm Oil) dan PKO (Palm Kernel Oil). CPO dihasilkan dari daging buah sawit, sedangkan PKO dihasilkan dari inti buahnya (Thomas, 2009).

Sebuah alternatif sumber bahan baku potensial yang cukup banyak tersedia telah muncul, yaitu produk samping biomassa non-kelas pangan buah kelapa sawit dan produksi minyak sawit. Ini bukanlah sekedar menggunakan minyak dari buah kelapa sawit, melainkan mengkonversi seluruh biomassa yang diambil dari perkebunan kelapa sawit menjadi sumber energi terbarukan. Dengan menggunakan biomassa dari perkebunan maupun sisa pengolahan dari produksi minyak sawit (serat, kulit, efluen pabrik minyak sawit, minyak sisa, dsb.), bioenergi dari perkebunan kelapa sawit dapat memberikan efek mengurangi emisi gas rumah kaca. Beberapa contoh teknik produksi ini telah didaftarkan sebagai proyek berdasarkan Kyoto Protocol’s Clean Development Mechanism (CDM). (Thomas, 2009)

Produk-produknya antara lain:
1.         Minyak Sawit Mentah Berkadar Asam Lemak Tinggi = minyak non-kelas pangan produk samping yang dihasilkan dari buah brondol dan tandan buah segar yang sudah terlalu matang.
2.         Minyak Kotor dan Minyak Efluen = Minyak dari proses sterilisasi, minyak sisa dalam air limbah dan minyak dari Filter Press cake atau Decanter Sludge.
3.         Distilat Asam Lemak Sawit (PFAD) = produk samping kelas rendah dari penyulingan CPO.SK = Serat Kosong dari proses Pabrik Minyak Sawit saat ini setelah  pemisah misahkankan Biji Sawit.
4.         TKKS = Tandan Kosong Kelapa Sawit dari proses Pabrik Minyak Sawit saat ini setelah memisahkan Buah Minyak Sawit dari Tandan Buah di belakang thresher.
5.         Kulit Kelapa Sawit dari memecahkan biji kelapa sawit sebelum mengeluarkan
6.         Minyak Biji Kelapa, yang berguna sebagai bahan bakar biomassa padat

7.         Minyak Limbah Tangki Penyimpanan yang terkumpul di bawah kumparan pemanas  (Thomas, 2009).

Sumber : Skripsi Septian Hadi S

Komentar